Pendidikan tinggi merupakan salah satu fondasi penting dalam membangun masyarakat yang berkualitas. Proses pembelajaran yang efektif dan saling menghargai antara dosen dan mahasiswa menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Namun, seringkali ada sikap-sikap tertentu dari dosen yang justru membuat mahasiswa merasa tidak nyaman atau bahkan membenci dosen tersebut. Hal ini bisa berdampak negatif terhadap proses belajar-mengajar dan keseluruhan pengalaman akademis.
Dosen memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan kualitas pendidikan. Mereka adalah agen pengetahuan yang bertanggung jawab untuk mentransfer ilmu kepada mahasiswa. Namun, jika dosen tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, maka dampaknya akan terasa oleh seluruh komunitas akademik. Salah satu aspek yang paling sering menjadi masalah adalah sikap buruk yang dilakukan oleh dosen, baik secara langsung maupun tidak disengaja. Sikap-sikap seperti sombong, tidak adil, atau tidak ramah dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat dalam ruang kelas.
Banyak mahasiswa mengeluh tentang pengalaman mereka dengan dosen yang memiliki sifat buruk. Tidak hanya memengaruhi suasana kelas, tetapi juga bisa menyebabkan stres dan ketidaknyamanan mental. Dosen yang tidak mampu memberikan nilai yang adil, bersikap pilih kasih, atau memberikan tugas yang berlebihan sering kali menjadi alasan utama mahasiswa membenci dosen tersebut. Selain itu, dosen yang suka membanggakan kekayaan atau memiliki sikap moody juga bisa menjadi sumber ketidaknyamanan bagi mahasiswa.
Enam Sikap Buruk Dosen yang Sering Menjadi Alasan Mahasiswa Membencinya

1. Dosen Pelit Nilai
Sikap pelit nilai sering kali menjadi salah satu alasan utama mahasiswa membenci dosen. Dosen yang tidak adil dalam memberikan penilaian membuat mahasiswa merasa tidak dihargai. Bahkan, mahasiswa yang telah berusaha keras dalam mengerjakan tugas atau ujian bisa saja mendapatkan nilai yang rendah hanya karena kurangnya kehadiran atau kesan buruk dari dosen. Hal ini bisa membuat mahasiswa merasa frustrasi dan tidak ingin mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen tersebut.
Ketidakadilan dalam penilaian juga bisa memicu rasa tidak percaya terhadap sistem evaluasi yang digunakan. Jika dosen tidak mampu memberikan penilaian yang objektif, maka mahasiswa akan merasa bahwa usaha mereka tidak dihargai. Kondisi ini bisa berdampak pada motivasi belajar dan hasil akademik secara keseluruhan.
2. Dosen Pilih Kasih
Sikap pilih kasih dari dosen sering kali membuat mahasiswa merasa tidak adil. Misalnya, dosen lebih memilih mahasiswa yang ia sukai untuk menjawab pertanyaan atau diberi waktu khusus untuk bimbingan skripsi. Hal ini bisa membuat mahasiswa lain merasa diabaikan atau tidak dihargai. Dosen yang bersikap demikian cenderung tidak memperhatikan kontribusi dan usaha mahasiswa secara keseluruhan, hanya melihat preferensi pribadi.
Masalah ini bisa memicu rasa tidak puas dan kekecewaan di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang merasa tidak bisa menyelesaikan studi tepat waktu karena harus mengambil mata kuliah dari dosen yang tidak adil. Hal ini juga bisa berdampak pada hubungan antara dosen dan mahasiswa, sehingga sulit untuk tercipta lingkungan belajar yang harmonis.
3. Dosen Memberikan Tugas Berlebihan
Beberapa dosen memiliki kebiasaan memberikan tugas yang terlalu banyak dan rumit. Tugas-tugas ini sering kali memakan waktu, tenaga, dan biaya. Contohnya, tugas yang membutuhkan data yang banyak, laporan yang panjang, atau pengumpulan dokumen fisik. Hal ini bisa membuat mahasiswa merasa lelah dan tidak nyaman.
Tidak hanya itu, tugas yang berlebihan juga bisa mengganggu keseimbangan hidup mahasiswa. Banyak mahasiswa yang merasa terbebani karena harus mengurus tugas dosen sambil mengikuti perkuliahan lain. Akibatnya, motivasi belajar bisa menurun dan prestasi akademik terganggu. Oleh karena itu, dosen perlu mempertimbangkan keseimbangan antara tugas dan kemampuan mahasiswa.
4. Dosen Moody
Sikap moody dosen bisa membuat suasana kelas menjadi tidak nyaman. Dosen yang mudah berubah-ubah emosinya bisa membuat mahasiswa merasa tidak aman. Saat dosen sedang marah, ia bisa memperlakukan mahasiswa dengan kasar, sedangkan saat senang, ia bisa terlalu lunak. Perubahan emosi yang tidak terduga ini bisa membuat mahasiswa merasa tidak yakin dan khawatir.
Selain itu, dosen yang moody sering kali tidak bisa memberikan materi secara konsisten. Hal ini bisa membuat mahasiswa kesulitan memahami materi dan mengikuti perkuliahan. Dosen yang tidak stabil dalam sikap juga bisa memicu rasa tidak percaya dan ketidaknyamanan di antara mahasiswa.
5. Dosen Senior dan Junior yang Tidak Sesuai Harapan
Beberapa mahasiswa merasa tidak nyaman dengan dosen senior dan junior. Dosen senior sering dianggap lamban dan membosankan karena cara berbicara yang kaku dan materi yang monoton. Sedangkan dosen junior bisa terlihat sok-sokan atau kurang jelas dalam penyampaian materi.
Meskipun ada keuntungan dari dosen junior, seperti penampilan yang menarik, banyak mahasiswa merasa tidak nyaman karena tugas yang terlalu banyak atau kurang jelas. Sementara itu, dosen senior sering kali memiliki aturan ketat yang bisa membuat mahasiswa merasa terbebani. Oleh karena itu, dosen perlu memperhatikan gaya mengajar dan cara berkomunikasi agar bisa menciptakan lingkungan belajar yang nyaman.
6. Dosen Sombong dan Terlalu Membicarakan Kekayaan
Sikap sombong dari dosen bisa membuat mahasiswa merasa tidak dihargai. Dosen yang terlalu bangga dengan status atau kekayaannya sering kali tidak ramah dan tidak menghiraukan mahasiswa. Mereka bisa memperlakukan mahasiswa dengan tidak sopan atau bahkan tidak membalas sapaan.
Selain itu, dosen yang terlalu sering membicarakan kekayaannya bisa membuat mahasiswa merasa tidak nyaman. Hal ini bisa menciptakan kesan bahwa dosen tidak fokus pada tugasnya sebagai pengajar. Dosen yang sombong juga sering kali sulit dihubungi dan tidak bersedia memberikan bimbingan yang cukup. Oleh karena itu, dosen perlu memperbaiki sikap dan cara berinteraksi dengan mahasiswa agar bisa menciptakan lingkungan akademik yang sehat.