![]() |
Mustofa Faqih |
Lanskap pekerjaan global sedang mengalami transformasi fundamental yang didorong oleh gelombang otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI). Pekerjaan-pekerjaan rutin dan berulang, yang selama ini menjadi fondasi ekonomi, semakin berpotensi digantikan oleh mesin dan algoritma yang menawarkan efisiensi dan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, di tengah disrupsi ini, terbentang pula spektrum peluang kewirausahaan yang menjanjikan. Pertanyaanya, bagaimana kita bisa mengeksplorasi dinamika masa depan pekerjaan, mengidentifikasi peluang kewirausahaan di era otomatisasi dan AI, serta menganalisis tantangan yang perlu diatasi agar transisi ini menghasilkan manfaat yang inklusif bagi masyarakat?
Tentunya sebagai seorang praktisi enterpreneurship yang telah menyaksikan langsung dampak teknologi dalam dunia bisnis, saya melihat bahwa otomatisasi dan AI bukan sekadar ancaman terhadap lapangan kerja konvensional, melainkan juga katalisator bagi inovasi dan penciptaan nilai baru. Pekerjaan yang terotomatisasi membebaskan sumber daya manusia untuk fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas, pemikiran strategis, kecerdasan emosional, dan interaksi interpersonal yang kompleks (Brynjolfsson & McAfee, 2014). Inilah ruang subur bagi para entrepreneur untuk mengembangkan solusi dan model bisnis yang adaptif.
Salah satu peluang signifikan terletak pada pengembangan dan implementasi teknologi otomatisasi dan AI itu sendiri. Permintaan akan tenaga ahli di bidang machine learning, data science, robotika, dan pengembangan perangkat lunak AI diperkirakan akan terus meningkat secara eksponensial (World Economic Forum, 2020). Entrepreneur dapat membangun perusahaan yang menawarkan layanan konsultasi AI khusus, pengembangan solusi otomatisasi untuk berbagai industri (manufaktur, logistik, keuangan, kesehatan), atau menciptakan platform AI yang memberdayakan bisnis lain.
Lebih lanjut, otomatisasi dan AI memicu munculnya model bisnis inovatif. Ekonomi GIG yang semakin terspesialisasi, didukung oleh platform digital dan algoritma cerdas, memungkinkan individu dengan keahlian unik untuk menawarkan layanan mereka secara fleksibel dan efisien (Sundararajan, 2016). Entrepreneur dapat membangun platform yang menghubungkan penyedia layanan independen dengan konsumen, menciptakan pasar yang dinamis dan responsif terhadap kebutuhan spesifik.
Selain itu, era tanpa pekerjaan "tradisional" menuntut penekanan pada pengembangan keterampilan yang sulit direplikasi oleh mesin, seperti pemikiran kritis, kreativitas, kecerdasan emosional, dan kemampuan adaptasi (Autor, 2015). Entrepreneur memiliki peluang untuk membangun bisnis di bidang pendidikan dan pelatihan yang menawarkan program-program inovatif untuk membekali individu dengan future skills ini, menjembatani kesenjangan keterampilan yang mungkin timbul akibat otomatisasi.
Namun, transisi ini juga menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Potensi peningkatan kesenjangan ekonomi dan sosial akibat hilangnya pekerjaan-pekerjaan rutin merupakan isu krusial (Acemoglu & Restrepo, 2019). Entrepreneur perlu mengadopsi perspektif yang bertanggung jawab secara sosial, mempertimbangkan model bisnis yang inklusif dan menciptakan peluang bagi mereka yang rentan terhadap dampak otomatisasi.Isu etika dan regulasi terkait pengembangan dan penerapan AI juga menjadi semakin penting. Entrepreneur yang berkecimpung di bidang ini harus memastikan bahwa teknologi mereka dikembangkan dan digunakan secara etis, tanpa bias, dan dengan mempertimbangkan implikasi sosial yang lebih luas (O'Neil, 2016). Kolaborasi antara inovator, pemerintah, dan pembuat kebijakan diperlukan untuk menciptakan kerangka regulasi yang adaptif, tidak menghambat inovasi, namun tetap melindungi hak-hak individu dan masyarakat.
Walhasil, masa depan tanpa pekerjaan "tradisional" bukanlah sebuah keniscayaan suram, melainkan sebuah undangan untuk mendefinisikan kembali konsep pekerjaan dan menciptakan nilai melalui lensa inovasi dan kewirausahaan. Para entrepreneur memiliki peran kunci dalam menavigasi perubahan ini, mengembangkan solusi transformatif, dan membuka jalan bagi ekonomi yang lebih tangguh, adaptif, dan inklusif. Kuncinya terletak pada kemampuan kita untuk merangkul potensi teknologi dengan visi yang etis, bertanggung jawab, dan berorientasi pada pemberdayaan manusia.
Penulis : Mustofa Faqih, Praktisi Enterpreneurship & Business Consultant, Penulis buku Berinovasi atau Mati.