Pengertian Mata Minus pada Anak

Mata minus atau miopia adalah gangguan penglihatan yang membuat anak kesulitan melihat benda dari jarak jauh. Kondisi ini terjadi ketika bola mata terlalu panjang, sehingga cahaya yang masuk tidak tepat di retina, melainkan di depannya. Akibatnya, bayangan yang dilihat menjadi kabur. Miopia sering ditemukan pada anak-anak usia sekolah, dan semakin meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup modern.
Menurut Survei PERDAMI (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia), sebanyak 40,5% anak SD di Jakarta mengalami miopia. Ini menunjukkan bahwa hampir 4 dari 10 anak sudah memiliki gangguan penglihatan sejak usia dini. Masalah ini bisa memengaruhi proses belajar dan kualitas hidup mereka.
Penyebab Umum Mata Minus pada Anak
Beberapa faktor utama menyebabkan miopia pada anak, antara lain:
- Terlalu Sering Menatap Benda Dekat: Aktivitas seperti membaca, menggunakan gadget, atau belajar dalam waktu lama tanpa istirahat meningkatkan risiko miopia.
- Kurang Paparan Cahaya Matahari: Anak yang lebih banyak berada di dalam ruangan cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami miopia dibandingkan yang sering bermain di luar ruangan.
- Faktor Genetik: Jika satu atau kedua orang tua memiliki miopia, anak akan lebih rentan mengalaminya juga.
- Lingkungan dan Gaya Hidup: Pola hidup modern yang sering mengandalkan layar elektronik dan kurangnya aktivitas fisik juga berkontribusi pada peningkatan kasus miopia.
Risiko Jika Tidak Ditangani
Jika miopia tidak ditangani sejak dini, kondisi ini bisa bertambah parah setiap tahun. Miopia berat (lebih dari -6 dioptri) dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti glaukoma, katarak, dan lepasnya retina saat dewasa. Selain itu, gangguan penglihatan bisa mengganggu proses belajar dan perkembangan anak secara keseluruhan.
Cara Mencegah dan Menangani Miopia pada Anak
Meskipun miopia tidak sepenuhnya bisa dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperlambat perkembangannya:
1. Skrining Mata Rutin
Skrining mata secara rutin sangat penting, terutama jika anak mulai menunjukkan gejala seperti menyipitkan mata saat melihat jauh atau duduk terlalu dekat dengan TV. Deteksi dini memungkinkan intervensi yang lebih efektif.
2. Gunakan Obat Tetes Mata Atropin
Penggunaan tetes mata atropin dosis rendah terbukti memperlambat perkembangan miopia. Namun, penggunaannya harus diawasi oleh dokter spesialis mata.
3. Gunakan Lensa Khusus
Lensa kontak seperti ortho-k (dipakai saat tidur) dan lensa multifokal bisa membantu mengurangi laju miopia.
4. Perbanyak Waktu di Luar Ruangan
Studi menunjukkan bahwa anak yang menghabiskan waktu setidaknya 2 jam per hari di luar ruangan memiliki risiko lebih rendah mengalami miopia. Paparan sinar matahari juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mata.
5. Terapkan Aturan 20-20-20
Setiap 20 menit aktivitas visual dekat (seperti membaca atau menggunakan gadget), istirahatkan mata dengan melihat objek jauh selama 20 detik sejauh 20 kaki (~6 meter).
Pentingnya Skrining Mata Sejak Dini
Skrining mata sejak dini sangat penting karena semakin cepat miopia terdeteksi, semakin mudah untuk dikendalikan. Proses pemeriksaan mata bisa mendeteksi tanda-tanda awal sebelum anak benar-benar merasa terganggu. Hal ini memungkinkan intervensi dini dan pencegahan komplikasi lebih lanjut.
Kesimpulan
Mata minus pada anak semakin umum terjadi, bahkan di usia yang sangat muda. Kombinasi antara faktor genetik dan gaya hidup modern menjadi penyebab utamanya. Namun, dengan pencegahan yang tepat seperti skrining rutin, penggunaan obat, dan perubahan gaya hidup, perkembangan miopia bisa diperlambat secara signifikan.
Segera lakukan skrining mata anak Anda di RS Royal Progress. Dengan layanan pemeriksaan mata oleh dokter spesialis mata yang berpengalaman, Anda bisa memastikan kesehatan penglihatan anak sejak dini. Jangan tunggu sampai kondisi semakin parah. Mulailah dengan pemeriksaan rutin dan perlindungan mata yang optimal.