GUW9BUMoGfCiGfd6TfOpTUziTY==

Slinder (Astigmatisme): Penyebab, Gejala, Pemeriksaan, Pengobatan

Astigmatisme Pengobatan Mata Silinder Kornea Kecacatan Refraksi

Mata silinder atau astigmatisme adalah kondisi yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang, meskipun dampaknya terhadap penglihatan bisa sangat signifikan. Ketika kornea mata memiliki bentuk yang tidak bulat sempurna, cahaya yang masuk ke dalam mata tidak dapat difokuskan secara merata pada retina. Akibatnya, penglihatan menjadi kabur, buram, atau bahkan mengalami distorsi. Gejala seperti sakit kepala, ketegangan mata, dan kesulitan melihat di malam hari seringkali menjadi tanda-tanda awal dari kondisi ini.

Astigmatisme biasanya muncul bersamaan dengan miopia (rabun jauh) atau hipermetropia (rabun dekat), sehingga dikenal sebagai kesalahan refraksi. Meski kondisi ini bisa terjadi sejak lahir, faktor genetik juga berperan besar dalam menentukan risiko seseorang mengalaminya. Selain itu, cedera mata, operasi mata sebelumnya, atau proses penuaan juga bisa memicu perkembangan astigmatisme. Banyak orang dengan astigmatisme mungkin tidak menyadari adanya masalah hingga gejalanya semakin parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Untuk mengatasi kondisi ini, ada beberapa metode pengobatan yang tersedia, termasuk kacamata, lensa kontak, dan prosedur bedah seperti LASIK, ReLEx SMILE, atau PRK. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, serta tingkat efektivitas yang berbeda-beda tergantung pada kondisi mata pasien. Pemilihan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencapai hasil optimal dan menghindari komplikasi yang mungkin muncul jika kondisi tidak ditangani dengan baik.

Jenis-Jenis Astigmatisme

Astigmatisme dibagi menjadi tiga jenis utama, masing-masing dengan karakteristik dan dampak yang berbeda pada penglihatan. Pertama adalah silindris miopia simpel, di mana satu arah pandang mengalami rabun jauh. Artinya, gambar yang seharusnya terlihat jelas justru tampak kabur karena fokusnya jatuh di depan retina. Di sisi lain, arah pandang yang tegak lurus dengan arah rabun jauh tersebut bisa melihat dengan jelas karena fokusnya jatuh tepat di retina.

Kedua adalah silindris hypermetropia simpel, di mana satu arah pandang fokusnya jatuh tepat di retina, sedangkan arah pandang yang tegak lurus memiliki fokus yang jatuh di belakang retina. Ini berarti bahwa penderita mungkin memiliki kemampuan untuk melihat objek jauh dengan jelas, tetapi kesulitan dalam melihat objek dekat. Jika kedua arah pandang memiliki fokus yang jatuh di belakang retina dan berada pada posisi yang berbeda, kondisi tersebut disebut sebagai silindris hypermetropia kompleks.

Terakhir adalah silindris campuran, yang lebih kompleks dan menyebabkan penderita mengalami penglihatan kabur pada kedua jarak, baik dekat maupun jauh. Penderita sering kali mengalami gejala seperti ketegangan mata dan sakit kepala akibat usaha berlebih untuk melihat dengan jelas.

Tes Mata Silindris (Astigmatisme)

Untuk mendiagnosis astigmatisme dan menilai tingkat keparahannya, dokter mata biasanya melakukan beberapa tes berikut ini. Pertama adalah tes tajam penglihatan (Snellen Chart), di mana pasien diminta membaca huruf atau angka pada grafik mata standar dari jarak 20 kaki. Jika hasilnya 20/20, artinya pasien memiliki penglihatan normal.

Kedua adalah pembiasan (Refraction Test), di mana dokter menggunakan alat phoropter untuk menentukan jenis dan kekuatan lensa koreksi yang diperlukan. Tes ketiga adalah retinoskopi, yang digunakan untuk memantulkan cahaya ke mata dan mengamati pantulan cahaya tersebut dari retina.

Keempat adalah keratometri, yang mengukur lengkungan di tengah kornea untuk menentukan area dengan kelengkungan paling curam dan paling datar. Terakhir adalah topografi kornea, yang memberikan gambaran mendetail mengenai bentuk permukaan kornea melalui ribuan pengukuran.

Pengobatan Mata Silindris (Astigmatisme)

Pengobatan untuk astigmatisme dapat dilakukan dengan beberapa metode yang efektif. Salah satunya adalah Femto LASIK, prosedur bedah laser yang menggunakan laser femtosecond untuk membuat flap pada kornea. Setelah flap dibuat, laser excimer digunakan untuk mengubah bentuk kornea, sehingga cahaya dapat difokuskan dengan lebih tepat pada retina.

LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) adalah teknik bedah laser yang populer untuk mengoreksi astigmatisme dengan memodifikasi bentuk kornea. Proses ini relatif cepat dan banyak pasien melaporkan peningkatan penglihatan yang signifikan setelah prosedur. ReLEx SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) adalah teknik bedah laser terbaru yang memungkinkan pengobatan astigmatisme dengan membuat incisi kecil pada kornea.

PRK (Photorefractive Keratectomy) adalah prosedur di mana lapisan epitel kornea dihapus sebelum laser digunakan untuk membentuk ulang kornea. Berbeda dengan LASIK, PRK tidak melibatkan pembuatan flap, sehingga sering menjadi pilihan bagi pasien dengan kornea yang lebih tipis.

Komplikasi dan Pencegahan Astigmatisme

Jika kondisi ini tidak diobati sesegera mungkin, berbagai komplikasi bisa muncul, seperti penglihatan kabur, ketegangan mata, sakit kepala, kesulitan melihat di malam hari, ambliopia (mata malas), dan gangguan pada kualitas hidup. Untuk mencegah astigmatisme, langkah-langkah seperti mengonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan yang kaya vitamin A, melakukan pemeriksaan mata secara rutin, membaca di tempat yang cukup terang, serta menjaga aktivitas melihat dekat dalam waktu yang lama tanpa istirahat bisa sangat bermanfaat.

Dengan berbagai pilihan pengobatan yang tersedia, klinik spesialis mata seperti CiputraSMG Eye Clinic menawarkan solusi bagi pasien yang ingin meningkatkan kualitas penglihatannya dan terbebas dari kelainan refraksi seperti mata silinder. Dengan teknologi modern dan pengalaman medis yang memadai, mereka memberikan layanan yang aman dan efektif untuk setiap pasien.

Jasa Backlink

Type above and press Enter to search.